Dinamika penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk yang disebabkan oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Perubahan tersebut terjadi terus-menerus dari tahun ke tahun, akibatnya jumlah penduduk mengalami perubahan secara dinamis. Untuk mengetahui perubahan jumlah penduduk dapat dilihat dari besarnya pertumbuhan penduduk. Sedangkan untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa yang akan datang dihitung dengan menggunakan proyeksi penduduk. Hal ini penting dilakukan untuk perencanaan pembangunan, khususnya di bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menyebabkan terjadi ledakan penduduk yang pada akhirnya menimbulkan berbagai masalah kependudukan.
A. Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Pertumbuhan penduduk menunjukkan perkembangan jumlah penduduk di suatu wilayah selama periode waktu tertentu. Angka kelahiran dan kematian merupakan faktor alami yang memengaruhi pertumbuhan penduduk di suatu wilayah. Selain faktor alami tersebut, ada juga faktor nonalami yang memengaruhi pertumbuhan penduduk seperti migrasi, baik migrasi lokal maupun migrasi internasional.
1. Kelahiran atau Fertilitas
Fertilitas dalam pengertian demografi adalah kemampuan riil seorang wanita untuk melahirkan, yang dicerminkan dalam jumlah bayi yang dilahirkan. Kelahiran menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk.
Beberapa ukuran dasar fertilitas yang sering digunakan sebagai berikut;
a. Angka Kelahiran Kasar atau (Crude Birth Rate/CBR)
Angka kelahiran kasar merupakan penentuan tingkat kelahiran bayi tanpa membeda-bedakan golongan dan umur dalam satu tahun dari setiap 1.000 orang penduduk suatu wilayah.
b. Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR)
Perhitungan angka kelahiran yang mempertimbangkan umur dan jenis kelamin disebut angka kelahiran menurut kelompok umur atau Age Specific Fertility Rate (ASFR). ASFR menunjukkan jumla kelahiran dari setiap seribu wanita pada kelompok umur tertentu selama setahun.
Faktor-faktor yang memengaruhi angka kelahiran disetiap wilayah tidak sama, diantaranya sebagai berikut;
1) Perkawinan di usia muda.
Perkawinan di usia muda biasanya terjadi di daerah pedesaan, karena banyak orang tua yang merasa malu apabila anak gadisnya yang menginjak dewasa belum mendapatkan jodoh. Wanita yang kawin di usia muda mempunyai kesempatan melahirkan lebih lama sehingga kemungkinan mendapatkan anak lebih banyak.
2) Anggapan bahwa banyak anak berarti banyak rezeki.
Penilaian orang tua yang menganggap anak mendatangkan rezeki, sehingga mereka berkeinginan untuk mempunyai banyak anak agar mendapatkan banyak rezeki.
3) Kebutuhan tenaga kerja.
Untuk mengolah lahan pertanian yang luas, para petani membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Agar biaya yang dikeluarkan lebih hemat, mereka akan mempekerjakan anggota keluarga, terutama anak-anaknya.
4) Kurangnya informasi tentang keluarga berencana.
Banyak pasangan suami istri yang kurang mendapatkan informasi tentang pentingnya perencanaan dalam keluarga, sehingga mereka kurang memperhitungkan dampak dan konsekuensi dari jumlah anak yang banyak.
5) Keinginan memperoleh anak laki-laki.
Beberapa golongan masyarakat menganggap bahwa anak laki-laki sebagai penentu status dan penerus nama keluarga. Di beberapa kasus, banyak pasangan suami istri yang akan berusaha terus-menerus tidak membatasi kelahiran sampai mendapatkan anak laki-laki.
Faktor-faktor yang menghambat kelahiran (anti-natalitas), antara lain:
1) Pelaksanaan program keluarga berencana.
2) Adanya undang-undang perkawinan yang membatasi usia pernikahan, untuk wanita minimal 16 tahun dan laki-laki minimal berusia 19 tahun.
3) Adanya anggapan anak menjadi beban keluarga.
4) Adanya pembatasan tunjangan anak untuk pegawai negeri, yaitu tunjangan yang diberikan hanya sampai anak ke 2.
5) Penundaan usia perkawinan.
2. Kematian atau Mortalitas
Kematian atau mortalitas adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan manusia secara permanen. Secara otomatis, kematian akan menyebabkan jumlah penduduk berkurang. Seseorang tidak akan mengetahui kapan ia mati. Kadang kematian terjadi saat manusia masih bayi, ketika umur dewasa, atau sudah tua. Tinggi rendahnya tingkat kematian ditunjukkan oleh jumlah kematian penduduk dalam setahun.
Tingkat kematian penduduk di suatu wilayah dapat dibedakan sebagai berikut;
a. Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate (CDR)
Angka kematian kasar (CDR) menunjukkan jumlah orang yang mati dalam setiap 1.000 penduduk di suatu wilayah.
b. Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality Rate (IMR)
Angka kematian bayi menunjukkan jumlah kematian bayi dari setiap 1.000 kelahiran.
c. Angka Kematian Menurut Umur atau Age Specific Death Rate (ASDR)
Angka kematian khusus (ASDR) menunjukkan jumlah kematian penduduk usia tertentu dari setiap 1.000 jiwa penduduk dalam satu tahun.
Tinggi rendahnya tingkat kematian dipengaruhi oleh faktor pendukung dan penghambat kematian;
a. Faktor pendukung kematian (promortalitas)
Promortalitas merupakan faktor yang menyebabkan meningkatnya jumlah kematian. Tingginya kematian bisa saja terjadi secara natural maupun karena kurangnya perhatian pada kesehatan dan prasarana pendukungnya.
b. Faktor penghambat kematian (antimortalitas)
Antimortalitas merupakan faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat kematian. Faktor penghambat kematian bisa kamu temukan jika kamu telah menyimpulkan faktor-faktor yang mendukung kematian. Karena faktor penghambat kematian berbanding terbalik dengan pendukung kematian.
3. Migrasi
Dinamika penduduk tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian, tetapi juga dipengaruhi oleh mobilitas penduduk dalam bentuk perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat lain yang disebut migrasi. Beberapa faktor yang mendorong terjadinya perpindahan penduduk, antara lain bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jangka waktu perpindahan pun tidak terbatas, ada yang hanya menetap beberapa waktu atau dalam jangka waktu yang lama dengan berbagai batas administrasi baik antarkota maupun antarnegara. Berikut jenis-jenis migrasi;
a. Migrasi Internasional (Migrasi Ekstern)
Migrasi jenis ini merupakan perpindahan penduduk dari dan ke suatu negara. Migrasi internasional dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Imigrasi
Imigrasi yaitu masuknya penduduk dari negara lain ke suatu negara dengan tujuan untuk menetap.
Contoh:
Orang Inggris menikah dengan orang Indonesia kemudian menetap di Indonesia.
2) Emigrasi
Emigrasi merupakan perpindahan penduduk atau keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan untuk menetap.
Contoh:
Orang Indonesia yang bekerja dan menetap di Arab Saudi.
3) Remigrasi
Remigrasi merupakan kembalinya penduduk dari suatu negara ke negara asalnya.
Contoh:
Orang Indonesia yang kembali ke Indonesia setelah lama bekerja di Malaysia.
b. Migrasi Nasional (Migrasi Intern)
Migrasi jenis ini merupakan perpindahan penduduk yang terjadi masih dalam wilayah satu negara. Jenis migrasi ini meliputi:
1) Transmigrasi
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk yang diprakarsai dan diselenggarakan oleh pemerintah, dari daerah yang padat penduduknya ke daerah yang belum padat penduduknya. Transmigrasi dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu:
a) Transmigrasi Umum
Merupakan transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah mulai dari daerah asal sampai ke daerah tujuan transmigrasi.
b) Transmigrasi Spontan
Merupakan transmigrasi yang dilakukan penduduk atas biaya, kesadaran, dan kemauan sendiri.
c) Transmigrasi Sektoral
Merupakan transmigrasi yang biayanya ditanggung bersama antara pemerintah daerah asal transmigran dengan pemerintah daerah yang dituju transmigran.
d) Transmigrasi Swakarsa
Merupakan transmigrasi yang seluruh pembiayaannya ditanggung oleh transmigran atau pihak lain (bukan pemerintah).
e) Transmigrasi Khusus
Merupakan transmigrasi dalam rangka pembangunan proyek-proyek tertentu, seperti transmigrasi bedol desa.
Program transmigrasi yang diselenggarakan oleh pemerintah bertujuan untuk:
a) Meningkatkan produksi pertanian dengan mengolah lahan transmigrasi.
b) Meratakan persebaran penduduk.
c) Meratakan pembangunan daerah.
d) Mengurangi jumlah pengangguran dari daerah asal.
e) Meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk.
Keberhasilan program transmigrasi dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu:
a) Terjadi akulturasi atau perpaduan budaya dengan baik tanpa disertai konflik.
b) Terjadi peningkatan kesejahteraan hidup para transmigran.
c) Pengurangan tekanan penduduk pada daerah yang ditinggalkan.
d) Peningkatan jumlah penduduk yang ditransmigrasikan ke tempat lain tiap tahunnya, lebih banyak daripada pertambahan penduduk yang ditinggalkan.
2) Urbanisasi
Urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Terjadinya urbanisasi karena kota mempunyai daya tarik untuk dituju dan desa mempunyai daya dorong untuk ditinggalkan.
a) Daya tarik kota antara lain:
(1) Tersedianya lapangan pekerjaan formal maupun informal di kota lebih banyak dibandingkan di desa.
(2) Tingginya upah tenaga kerja di kota.
(3) Ketersediaan fasilitas yang lengkap.
(4) Ketersediaan berbagai hiburan.
b) Daya dorong dari desa, antara lain:
(1) Lapangan pekerjaan di luar sektor pertanian semakin sempit.
(2) Lahan pertanian di desa semakin sempit.
(3) Upah tenaga kerja di desa pada umumnya lebih rendah.
(4) Kurangnya berbagai fasilitas umum.
(5) Kurangnya berbagai hiburan.
(6) Kegiatan pertanian di desa bersifat musiman.
(7) Dorongan penduduk untuk memperbaiki taraf hidup.
3) Jenis-Jenis Migrasi Lain
Selain transmigrasi dan urbanisasi, masih terdapat beberapa jenis migrasi intern lainnya, yaitu:
a) Ruralisasi,
yaitu kembalinya pelaku urbanisasi menuju daerah asalnya.
b)Forensen,
yaitu orang-orang yang tinggal di desa tetapi bekerja di kota yang setiap harinya nglaju (pulang pergi).
c)Turisme,
yaitu orang yang bepergian ke luar untuk mengunjungi tempat-tempat pariwisata di daerah atau negara yang dituju.
d)Week end,
yaitu perginya orang-orang kota untuk mencari tempat yang udaranya sejuk ke luar kota di akhir minggu.
e)Evakuasi,
yaitu perpindahan penduduk karena gangguan bencana alam atau keamanan.
4. Menghitung Pertumbuhan Penduduk
Dalam periode tertentu, jumlah penduduk suatu wilayah selalu mengalami perubahan. Perubahan jumlah penduduk ini disebut pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk dapat dibedakan menjadi pertumbuhan penduduk alami dan pertumbuhan penduduk total.
a. Pertumbuhan Penduduk Alami
Pertumbuhan penduduk alami suatu wilayah terjadi karena ada selisih jumlah kelahiran dengan jumlah kematian. Sedang penduduk yang keluar dan masuk di wilayah itu tidak diperhitungkan karena relatif sedikit.
b. Pertumbuhan Penduduk Total
Pertumbuhan penduduk total menunjukkan besarnya pertumbuhan penduduk suatu wilayah selama satu tahun dengan memerhatikan faktor kelahiran, kematian, dan migrasi. Penentuan pertumbuhan penduduk total suatu wilayah sama dengan penentuan pertumbuhan penduduk alami ditambah selisih jumlah penduduk yang keluar dengan penduduk yang masuk ke suatu wilayah.
c. Proyeksi Jumlah Penduduk
Dalam perencanaan pembangunan yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat sering dibutuhkan data jumlah penduduk pada waktu mendatang. Untuk mengetahui jumlah penduduk suatu wilayah pada waktu mendatang dapat diperoleh dengan menggunakan metode matematika yang dikenal dengan rumus proyeksi jumlah penduduk.
B. Dampak Dinamika Penduduk
Ternyata aktivitas manusia sebagai unsur antroposfer sangat beragam. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan wujud dinamika manusia dalam menjalani proses kehidupannya. Tidak jarang aktivitas- aktivitas tersebut menimbulkan dampak yang tidak kecil bagi lingkungan, bahkan dampak tersebut dapat secara berkesinambungan merusak lingkungan yang ada. Nah, setelah mempelajari beberapa bentuk dinamika penduduk di depan, sekarang mari kita temukan bersama dampak-dampak yang bisa ditimbulkannya.
1. Pertumbuhan Penduduk yang Tinggi
Pertumbuhan penduduk merupakan satu hal yang tidak bisa dimungkiri, karena hal tersebut akan terjadi terus-menerus. Yang menjadi permasalahan, apabila pertambahan penduduk ini tidak terkendali hingga mencapai titik ledakan penduduk yang ditandai dengan peningkatan jumlah penduduk yang pesat dan tiba-tiba. Berbagai masalah timbul akibat adanya ledakan penduduk, dan pada umumnya permasalahan berawal dari tidak seimbangnya antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya. Pada akhirnya, permasalahan yang muncul akan menyangkut aspek fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat.
Dampak yang timbul dari laju penduduk, antara lain sebagai berikut;
a. Peningkatan Pengangguran
Peningkatan pengangguran yang pesat disebabkan adanya pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan lapangan pekerjaan yang mampu menampung jumlah pencari kerja yang meningkat. Pertumbuhan penduduk berarti juga peningkatan jumlah tenaga kerja.
b. Meningkatnya Kemiskinan
Ketidakseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya menyebabkan terjadinya kelangkaan sumber daya. Akibatnya, dalam upaya pemenuhannya terjadi kompetisi hingga pada akhirnya terjadi kenaikan harga kebutuhan. Kondisi ini mengakibatkan daya beli masyarakat berkurang.
c. Penurunan Tingkat Kesehatan
Jangankan untuk membiayai pemeliharaan kesehatan, untuk pemenuhan kebutuhan pokok saja menjadi sulit apabila terjadi ledakan penduduk. Akibatnya, akan terjadi penurunan tingkat kesehatan seperti gizi buruk, terjangkitnya penyakit busung lapar di masyarakat dan permasalahan kesehatan lainnya.
d. Menurunnya Tingkat Pendidikan
Pesatnya peningkatan penduduk mengakibatkan tingginya jumlah anak usia sekolah. Peningkatan ini akan menimbulkan masalah seperti kesempatan memperoleh pendidikan yang makin sempit dan tingginya biaya pendidikan yang akan membebani masyarakat.
e. Penurunan Kesejahteraan
Peningkatan penduduk diiringi dengan peningkatan kebutuhan hidup yang menuntut untuk terpenuhi. Banyaknya kebutuhan tentunya akan mengurangi pendapatan, hingga pada akhirnya terjadi penurunan kesejahteraan secara umum.
f. Peningkatan Kebutuhan Pangan dan Tempat Tinggal
Untuk bertahan hidup manusia perlu makan dan tempat tinggal. Ledakan penduduk secara langsung memberikan dampak meningkatnya kebutuhan akan dua hal tersebut. Banyak dampak yang kita lihat akibat meningkatnya kebutuhan tersebut. Pembukaan lahan baru untuk permukiman marak dilakukan. Ketersediaan tempat tinggal yang terbatas juga mengakibatkan banyaknya perumahan liar dan kumuh.
2. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk dan atau penyebaran penduduk dapat berbentuk migrasi, baik melalui kebijakan pemerintah, seperti transmigrasi maupun atas keinginan sendiri, seperti urbanisasi. Hal tersebut tentunya akan memberikan dampak bagi daerah tujuan maupun daerah yang ditinggalkan.
a. Dampak bagi Daerah yang Ditinggalkan
Adanya migrasi lokal (urbanisasi, transmigrasi) maupun internasional memberikan dampak positif dan negatif bagi daerah yang ditinggalkan maupun daerah tujuan.
1) Dampak Positif
a) Berkurangnya jumlah penduduk.
Bagi wilayah yang cukup padat, adanya migrasi memberikan dampak berkurangnya kepadatan penduduk. Dampak ini memberikan akibat berkurangnya tekanan penduduk di wilayah padat.
b) Berkurangnya jumlah pengangguran.
Migrasi biasanya dilakukan oleh penduduk antara lain dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan dengan mencari pekerjaan. Pengangguran yang tadinya menumpuk di daerah asal migrasi, akan menjadi berkurang. Akibatnya, kesejahteraan penduduk wilayah tersebut pun bisa terangkat.
2) Dampak Negatif
Meskipun memberi dampak positif yang cukup signifikan bagi daerah yang ditinggalkan, ternyata hal tersebut juga diikuti dengan munculnya dampak negatif.
a) Berkurangnya tenaga kerja muda dan penggerak pembangunan, karena pada umumnya sebagian besar penduduk yang melakukan migrasi adalah penduduk usia kerja.
b) Stabilitas keamanan yang menurun, akibat banyaknya penduduk muda yang melakukan migrasi.
c) Wilayah yang ditinggal pada umumnya merupakan wilayah agraris di mana setiap hari lahan pertaniannya belum tentu digarap. Jika menunggu musim panen tiba para penggarap pertanian tidak mempunyai pekerjaan (setengah menganggur). Kondisi inilah yang mendorong banyak penggarap pertanian bermigrasi. Akibatnya, tenaga penggarap pun akan berkurang.
b. Dampak bagi Daerah Tujuan
1) Dampak positif, yaitu:
a) Jumlah tenaga kerja meningkat.
b) Terjadi percampuran budaya antara penduduk pribumi dan pendatang yang pada akhirnya dapat membentuk budaya baru.
2) Dampak negatif, yaitu:
a) Terjadi peningkatan kepadatan penduduk.
b) Kepadatan lalu lintas meningkat.
c) Munculnya permukiman kumuh dan pedagang kaki lima.
d) Berkurangnya lapangan pekerjaan.
C. Penyajian Data Kependudukan
Banyak cara yang digunakan untuk menyajikan data kependudukan. Tetapi, secara umum data kependudukan dapat disajikan dalam tiga bentuk yaitu tabel, grafik/diagram, dan peta.
1. Tabel
Penyajian data dengan tabel merupakan cara yang paling mudah. Penyajian dengan tabel biasanya digunakan untuk kepentingan analisis perbandingan. Misalnya untuk membandingkan tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah pada periode waktu tertentu.
2. Grafik/Diagram
Penyajian data kependudukan akan lebih mudah dipahami jika ditampilkan dalam bentuk grafik atau diagram. Grafik atau diagram pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu diagram garis, diagram batang, dan diagram lingkaran.
a. Diagram Garis
Biasanya digunakan untuk melihat perkembangan data penduduk. Diagram ini memuat data-data yang berkesinambungan atau kontinu seperti data jumlah penduduk dari tahun ke tahun.
b. Diagram Batang
Diagram batang hampir sama dengan diagram garis dalam pembuatannya. Diagram batang digunakan untuk menyajikan kuantitas data penduduk sehingga panjang batang yang digambar sesuai jumlah atau nilai data penduduknya.
c. Diagram Lingkaran
Diagram lingkaran digunakan untuk menampilkan beberapa jenis data dan membandingkan kuantitasnya. Diagram lingkaran dibuat dalam bentuk lingkaran (360°) dan jenis data penduduk yang digambarkan disesuaikan dengan nilainya. Data penduduk yang ditampilkan pada diagram lingkaran disajikan dalam persen.
3. Peta
Data atau informasi kependudukan yang ditampilkan dalam bentuk peta akan lebih menarik dan mudah dibaca karena menunjukkan lokasinya. Penyajian data atau informasi penduduk dalam bentuk peta menghasilkan peta penduduk. Beberapa bentuk simbol bisa digunakan untuk menggambarkan kondisi kepadatan penduduk. Simbol piktorial misalnya, atau dapat juga dengan arsiran bersifat kuantitaf serta gradasi warna. Pemilihan simbol yang tepat menjadi hal penting dalam penyajian data, tujuannya agar tidak terjadi kesalahan dalam pembacaan.
Sumber Referensi;
- Calon Ilmuwan, 1996, Dunia Kita dalam Bahaya, Jakarta, Tira Pustaka.
- Hamparan Dunia Ilmu Time-Life, 1996, Bumi dan Permukaannya, Jakarta, Tira Pustaka.
- Badan Pusat Statistik, 2002, Statistik Indonesia, Jakarta, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
- Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Geografi untuk SMA/MA.
- Ilmu Pengetahuan Populer Jilid 4, 1986, Jakarta, Widyadara.
- Indonesian Heritage, 2002, Manusia dan Lingkungan, Jakarta, Gramedia.
- Moh. Soerjani, dkk, 1987, Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan Dalam Pembangunan, Jakarta, Universitas Indonesia.
- Widya Wiyata Pertama Anak-Anak, 1995, Ekologi dan Lingkungan, Jakarta, Tira Pustaka.